Neuromatematika tidak hanya membahas angka dan pola, tetapi juga bagaimana otak membuat keputusan dalam situasi yang melibatkan ketidakpastian. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia terus-menerus berhadapan dengan probabilitas dan risiko, meskipun tidak selalu disadari. Mulai dari memilih rute tercepat, menilai peluang keberhasilan, hingga memperkirakan konsekuensi suatu tindakan—semuanya melibatkan proses matematis dalam otak.
Neuromatematika dan Pengambilan Keputusan
Penelitian neuromatematika menemukan bahwa otak manusia memiliki cara unik dalam menilai kemungkinan. Prefrontal cortex memainkan peran utama dalam pengambilan keputusan yang membutuhkan perhitungan risiko. Daerah ini menganalisis informasi, membandingkan pilihan, dan memperkirakan hasil yang paling menguntungkan. Ketika menghadapi situasi tidak pasti, otak bekerja seperti mesin probabilitas yang terus menghitung “peluang terbaik.”
Insula juga mempengaruhi persepsi risiko
Bagian otak ini memproses emosi yang terkait dengan ketidakpastian seperti takut rugi atau takut gagal. Inilah yang membuat manusia sering kali tidak rasional meski angka telah menunjukkan hasil yang jelas. Neuromatematika menyebut fenomena ini sebagai emotional bias, yaitu kecenderungan otak mengutamakan perasaan daripada data matematis murni.
Menariknya, proses pengambilan keputusan dalam otak mirip dengan konsep probabilitas dalam matematika. Otak tidak menghitung angka secara eksplisit, tetapi menggunakan pola pengalaman untuk memperkirakan kemungkinan terbaik. Basal ganglia menyimpan pengalaman masa lalu dan memberi sinyal mana pilihan yang sebelumnya menghasilkan hasil baik. Ini menjadi dasar pembelajaran berbasis imbalan, yang secara matematis serupa dengan algoritma reinforcement learning.
Neuromatematika juga menjelaskan mengapa beberapa orang lebih berani mengambil risiko dibanding yang lain. Faktor genetika, pengalaman hidup, dan sensitivitas otak terhadap dopamin mempengaruhi cara seseorang menilai peluang. Orang yang sistem dopaminnya lebih aktif cenderung lebih optimis dan berani mengambil keputusan berisiko, sementara yang lebih sensitif terhadap ancaman akan lebih berhati-hati.
Pemahaman ini memiliki dampak besar dalam berbagai bidang. Dalam ekonomi perilaku, neuromatematika membantu menjelaskan mengapa manusia sering mengambil keputusan irasional meski datanya jelas. Dalam pendidikan, teori ini digunakan untuk mengajarkan probabilitas dan statistik dengan pendekatan yang sesuai cara otak bekerja. Bahkan dalam kecerdasan buatan, model pengambilan keputusan AI dirancang meniru cara otak manusia memproses risiko dan peluang.
Neuromatematika menunjukkan bahwa pengambilan keputusan bukan hanya proses logis, tetapi kombinasi dari matematika, persepsi, dan emosi. Otak manusia melakukan perhitungan kompleks secara otomatis, menggabungkan pengalaman, pola, dan prediksi untuk menentukan pilihan terbaik.