Ketika pengurangan emisi tidak cukup cepat dan perubahan iklim terus memperburuk kondisi bumi, ilmuwan mulai mempertimbangkan solusi radikal bernama geoengineering. Geoengineering adalah serangkaian teknologi yang dirancang untuk mengubah sistem iklim bumi secara langsung, baik dengan memantulkan kembali sinar matahari ke luar angkasa maupun dengan menyerap karbon dalam jumlah besar. Meskipun menjanjikan, teknologi ini juga penuh kontroversi karena dampaknya sangat luas dan belum sepenuhnya dipahami.

Geoengineering: Inovasi Ilmiah Kontroversial

Salah satu ide paling dikenal adalah Solar Radiation Management (SRM), yaitu teknik memantulkan sebagian cahaya matahari agar bumi tidak terlalu panas. Beberapa metode yang sedang diteliti meliputi:

menyemprotkan partikel sulfur ke stratosfer,

memutihkan awan laut agar lebih reflektif,

cermin raksasa di orbit luar angkasa.

Teknik ini meniru efek letusan gunung berapi besar yang dapat mendinginkan bumi secara sementara. Namun, jika tidak dilakukan hati-hati, SRM dapat mengubah pola hujan global.

Carbon Dioxide Removal: Menghapus Karbon Skala Besar

Geoengineering juga mencakup teknologi Carbon Dioxide Removal (CDR) skala besar, yang berbeda dari teknologi DAC biasa. CDR menyasar penarikan karbon dalam jumlah masif melalui berbagai cara, seperti:

fertilisasi laut untuk meningkatkan penyerapan karbon oleh fitoplankton,

penanaman hutan cepat tumbuh,

penangkapan karbon mineral,

pembuatan batuan karbonat secara buatan.

Dengan teknologi ini, miliaran ton karbon dapat dihilangkan dari atmosfer dalam beberapa dekade.

Risiko dan Kontroversi Geoengineering

Meski menjanjikan, geoengineering memiliki risiko besar:

dapat mengganggu sistem iklim global,

berpotensi menciptakan ketergantungan jika tidak diikuti pengurangan emisi,

memunculkan konflik geopolitik jika satu negara melakukan manipulasi iklim tanpa persetujuan global.

Karena itu, penelitian geoengineering dilakukan dengan sangat hati-hati dan penuh protokol ketat.

Mengapa Geoengineering Tetap Dipertimbangkan?

Ilmuwan menekankan bahwa geoengineering bukan pengganti pengurangan emisi, melainkan opsi darurat jika perubahan iklim mencapai titik kritis. Dalam skenario ekstrem, teknologi ini dapat memberikan waktu tambahan bagi dunia untuk melakukan transisi energi dan restorasi ekosistem.

Kesimpulan

Geoengineering adalah inovasi ilmiah berani yang menawarkan harapan sekaligus risiko. Dengan penelitian mendalam, regulasi global, dan etika ketat, teknologi ini bisa menjadi jalan terakhir untuk menstabilkan iklim bumi.